‘Selamat
ya, sudah hamil.’ Yuliati bertubi-tubi menerima ucapan itu dari rekan kerja,
tetangga, dan saudara pada Mei 2010. Perutnya membesar. Banyak orang menerka ia
hamil 5 bulan. Hati Yuliatijustru remuk‑redam. Sebab, bukan janin dalam
kandungan, tetapi kanker serviks yang merenggut nyawa seorang perempuan setiap
4 menit.
Yuliatimengetahui
kanker serviks itu ketika ia memeriksakan diri di sebuah klinik di
Warungbuncit, Kotamadya Jakarta Selatan. Bagian bawah perut sakit, ‘Seperti
ditusuk-tusuk, nyeri sekali,’ kata perempuan kelahiran Bogor, Jawa Barat, 20
Agustus 1978 itu. Rasa sakit menjalar ke kaki kiri. Kondisi itulah yang mendorong
Yuliatibergegas ke dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dr Slamet Zaeny
SpOG, pada 6 Mei 2010.
Dokter
yang memindai Yuliati menggeleng-gelengkan kepala. ‘Lihat di monitor, kankernya
sebesar kepala bayi,’ kata dr Slamet Zaeny SpOG seperti diulangi oleh Yanti.
Kadar CA – indikator adanya sel kanker – 113,39 U/ml; normal, kurang dari 35
U/ml. Sambil berbaring, ia memandangi layar pemindai. Dokter menyarankan
Yuliati menjalani operasi. Namun, anak ke-3 dari 6 bersaudara itu memilih jalan
lain. Sebab, sebelum pemeriksaan itu pada April 2008 ia menjalani operasi untuk
mengatasi kista.
Namun,
2 tahun berselang ia terserang kanker serviks. Gejala munculnya kista sama
persis dengan kanker serviks itu. Perempuan 32 tahun itu memilih pengobatan
herbal. Ia mendatangi herbalis dan diberi 3 jenis herba dalam Teh Celup untuk
sebulan. Sayang, Yuliati yang membayar Rp9-juta tak mengetahui jenis tanaman
obat yang ia konsumsi.
Batal
operasi
Yuliati disiplin mengonsumsi 3 Kapsul herba itu 3 kali
sehari. Namun, tanda-tanda kesembuhan tak kunjung muncul. Malahan perut kian
membesar dan nafsu makan hilang. Warga Kelurahan Kebagusan, Kecamatan
Pasarminggu, Jakarta Selatan, itu juga mengalami insomnia dan merasa
serbasalah: miring ke kiri sel kanker yang membesar ikut ke kiri, ke kanan,
turut ke kanan. Keadaan itu menyebabkan Yuliati memutuskan untuk menjalani
operasi pada 10 Agustus 2010.
Sehari
sebelumnya, ia menemui kedua orangtuanya di Ciampea, Kabupaten Bogor. Ketika
itulah Yuliati berjumpa dengan tetangganya, pendiri Pusat Studi Biofarmaka
Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ervizal AM Zuhud MS. Zuhud mempunyai
informasi tentang khasiat daun sirsak
dari beberapa hasil penelitian di mancanegara. Guru besar Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor itu menyarankan agar Yuliati mengonsumsi daun sirsak.
Keesokan harinya, Yuliati membatalkan operasi dan merebus 10 lembar daun sirsak
segar dalam 3 gelas air hingga mendidih.
Setelah
rebusan dingin, ia meminumnya. Frekuensi 3 kali sehari masing-masing segelas.
Istri Fery Firmansyah itu juga menyantap daging buah sirsak sekali sehari. Ia
memotong 4 bagian buah berukuran sedang, bobot 6 – 7 ons. Sepotong buah Annona
muricata cukup untuk sehari. Pada 24 Agustus 2010, ia kaget bukan kepalang
ketika mudah menarik risleting dan mengancingkan celana. Semula bukan hal
gampang untuk mengenakan celana akibat perut yang kian membesar. Ia benar-benar
baru sadar bahwa perut mengempis.
Pagi
itu ia mencoba tidur, tetapi perutnya tanpa gelambir seperti sebelumnya. Ia
miring ke kiri dan ke kanan beberapa kali, tetapi tak ada gumpalan dalam perut
yang mengikuti gerakan seperti sebelumnya. ‘Saya menangis karena saking
senangnya,’ kata perempuan yang menikah pada 2007 itu. Sembuh? Begitulah dugaan
Yuliati. Sebulan berselang ia menemui dokter spesialis kandungan dan kebidanan.
Hasil pemindaian menunjukkan tak ada lagi berjalan di serviks.
Menurut
dokter sekaligus herbalis di Jakarta Timur, dr Willie Japaries MARS, hilangnya
sel kanker dari serviks Yuliati dapat melalui berbagai jalan seperti luruh
bersama urine atau feses. Namun, menurut Yuliati selama 14 hari konsumsi daun
dan buah sirsak hingga perut mengempis, tak ada perubahan warna atau bentuk
feses dan urine. Japaries mengatakan cara lain detoksifikasi adalah melalui
keringat.
‘Pikiran
saya lepas. Saya senang banget,’ katanya dengan wajah berbinar. Setelah
perutnya mengempis, Yuliati lahap setiap kali makan sehingga tubuh kian segar.
Insomnia juga sirna sehingga kini ia bisa tidur nyenyak. Meski begitu hingga
kini ia tetap mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak sekali sehari.
10.000
KALI
Perubahan
kondisi perut yang semula seperti perempuan hamil lalu mengempis hanya dalam 2
pekan itu sangat cepat. Semula Zuhud memprediksi, perubahan itu baru tercapai
setelah 3 bulan Yuliati rutin mengonsumsi daun kerabat srikaya itu. Prediksi 90
hari itu berdasarkan informasi yang ia peroleh di internet.
Yuliatibukan
satu-satunya yang merasakan khasiat daun anggota famili Annonaceae. Contoh
lain, Sri Haryanto di Yogyakarta yang mengidap kanker prostat dan Yulisnawati
(kanker payudara di Palembang, Sumatera Selatan).
Dokter
juga menyarankan operasi pada Yulisnawati. Namun, ia lebih memilih mengonsumsi
rebusan segelas daun sirsak
3 kali sehari. Dua bulan berselang, kondisi kesehatannya kian membaik.
Yulisnawati belum mengecek ulang kondisi kanker. Pada kasus Haryanto, dokter
tak menyarankan operasi karena usia pasien lanjut, 70 tahun. Haryanto yang juga
herbalis itu mengonsumsi jus buah sirsak (baca: Sirsak Stop Kanker Prostat,
halaman 18)
Selain
ke-3 jenis kanker – serviks, payudara, dan prostat, daun sirsak juga terbukti
secara ilmiah mengatasi antara lain kanker paru-paru, ginjal, pankreas, dan
usus besar. Begitulah hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi Purdue
University, Indiana, Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin. Peneliti yang
memperoleh daun sirsak dari Garut, Jawa Barat, itu membuktikan bahwa daun
Annona muricata manjur mengatasi 7 sel kanker. Daun sirsak yang selama ini
terabaikan itu ternyata mujarab mengganyang sel kanker.
Ada
apa di balik itu? Peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut
Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD yang meriset daun sirsak
bersama Jerry L McLaughlin menemukan senyawa aktif acetogenins. Mereka
melakukan uji praklinis dengan memanfaatkan beragam sel kanker seperti sel
kanker paru-paru dan pankreas. ‘Tujuan penelitian, mengembangkan ilmu
pengobatan untuk mengatasi kanker,’ kata doktor Biologi alumnus Champaign
Urbane University, Amerika Serikat, itu.
‘Acetogenins
menghambat ATP (adenosina trifosfat, red). ATP sumber energi di dalam tubuh.
Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP,’ kata
Sastrodihardjo. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan
merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel
kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya acetogenins sangat
selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu
tak menyerang sel-sel lain yang normal di dalam tubuh. ‘Acetogenins mengganggu
peredaran sel kanker dengan cara mengurangi jumlah ATP. Hal ini yang membuat
senyawa dalam daun sirsak dianggap selektif dan hanya memilih sel kanker untuk
diserang,’ kata Sastrodihardjo.
Bukan
hanya selektif, acetogenins juga dahsyat! The Journal of Natural Product
membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti di AgrEvo
Research Center, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak membunuh
sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding adriamycin
dan kemoterapi.
Adriamycin
yang mempunyai nama generik doxorubicin merupakan obat untuk mengatasi berbagai
jenis kanker seperti leukemia, kanker prostat, kanker paru-paru, dan kanker
pankreas. Sedangkan kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan
memasukkan zat atau obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Menurut
peneliti di Cancer Chemoprevention Research Center Universitas Gadjah Mada
(CCRC–UGM), Nur Qumara Fitriyah, riset McLaughlin menunjukkan dengan dosis
kecil saja, daun sirsak efektif memberangus sel kanker. Berdasarkan riset
McLaughlin ED50 ekstrak kasar daun sirsak < 20 µg/ml, sedangkan ED50 senyawa
murni cuma < 4 µg/ml. Artinya dengan dosis rebusan 10 – 15 daun sirsak masih
aman dikonsumsi.
TREN
SIRSAK
Menurut
Ervizal AM Zuhud penelitian sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10 tahun
karena ‘mengancam’ kelangsungan hidup kemoterapi dan industri kimia. Apalagi
harga sirsak murah. Hasil penelitian itu, ‘Baru tersebar setelah keluarga dari
seorang peneliti mengidap kanker dan mempublikasikan di dunia maya,’ kata
kepala Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tanaman, Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor, itu.
Berbagai
lembaga riset di tanahair juga mulai menguak rahasia daun sirsak dan
kerabatnya. Sekadar menyebut contoh, periset di Pusat Studi Biofarmaka IPB,
Prof Dr Latifah K Darusman, hingga kini meriset komponen kimia yang dominan di
daun sirsak. Sedangkan peneliti di Universitas Gadjah Mada, Prof Dr Sismindari,
meriset khasiat biji dan daun srikaya yang kaya ribosome inactivating protein
(RIP). ‘RIP mampu merusak sintesis protein pada sel yang sedang tumbuh sehingga
mati,’ kata Sismindari.
Konsumsi
daun sirsak bukan hanya untuk para pasien, tetapi juga baik bagi orang sehat.
Menurut Ervizal AM Zuhud, kasiat daun sirsak bagi orang sehat, ‘Menambah
kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak menambah jumlah
dan memperkuat sperma.’ Di Indonesia kini para dokter dan herbalis meresepkan
daun sirsak kepada para pasien. Ada yang meresepkan secara tunggal – hanya daun sirsak, tetapi
ada pula yang meracik kombinasi daun sirsak dengan herbal lain seperti rimpang
temuputih dan sambiloto. Mereka meresepkan daun sirsak antara lain untuk
mengatasi beragam kanker.
Herbalis
di Yogyakarta, Lina Mardiana meresepkan daun atau buah sirsak terutama sebagai
pengganti kemoterapi pada pasien kanker. ‘Khasiat daun atau buah sirsak itu
untuk mengeliminasi radikal bebas, mengeringkan sel kanker, menyembuhkan
peradangan di dalam tubuh, dan terutama meningkatkan stamina pasien agar tubuh
tidak lemah,’ kata Lina Mardiana. Para dokter dan herbalis seperti Valentina
Indrajati di Bogor, Jawa Barat, memilih daun yang sedang – tak terlalu tua dan
tak terlampau muda. Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Para
herbalis meresepkan daun sirsak bukan melulu untuk mengatasi sel kanker.
Herbalis di Gegerkalong, Kotamadya Bandung, Jawa Barat, H Sarah Kriswanty,
misalnya, meresepkan daun sirsak untuk mengatasi bronkhitis dan kejang.
Sedangkan Lina Mardiana meresepkan daun sirsak untuk pasien yang menderita
peradangan, misalnya radang tenggorokan, usus, pencernaan, ambeien (baca:
Sentosa Karena Graviola halaman 24).
Menurut
dr Willie Japaries MARS yang juga meresepkan daun sirsak, daun Annona muricata
bersifat netral sehingga sesuai untuk mengatasi beragam jenis kanker. Herbalis
lain yang juga meresepkan daun sirsak antara lain dr Prapti Utami di Jakarta
Selatan dan Maria Andjarwati (Kelapagading, Jakarta Utara. Para herbalis dan
dokter itu sebagian besar meresepkan daun sirsak baru pada 2 – 4 tahun silam.
Pada umumnya mereka tak meracik, tetapi pasien yang menyiapkan sendiri sejak
pencarian daun hingga merebus.
Harap
mafhum hingga saat ini di pasaran belum tersedia ekstraksi daun sirsak dalam
Teh Celup seperti Teh Celup bermerek Graviola yang beredar di mancanegara. Oleh
karena itu, mereka mempersiapkan sendiri. Pasien yang belum memiliki pohon
biasanya membeli bibit sirsak. Dampaknya permintaan bibit juga meningkat.
Produsen bibit buah-buahan di Pontianak, Kalimantan Barat, Simbul Haryadi
mengatakan permintaan bibit sirsak pada September 2010 mencapai 400 bibit.
Padahal, biasanya hanya 10 bibit per bulan. ‘Stok bibit di kebun sampai habis,
sekarang saya sedang memperbanyak lagi,’ kata Haryadi.
Begitu
juga permintaan di nurseri Tebuwulung milik Eddy Soesanto di Cijantung, Jakarta
Timur, yang mencapai 600 – 700 bibit per bulan. Lonjakan permintaan signifikan
itu terjadi dalam 4 bulan terakhir. Produsen bibit buah di Bogor, Jawa Barat,
Syahril sama juga. Permintaan bibit durian belanda itu fantastis, sejak Agustus
2010 mencapai 3.000 – 5.000 tanaman per bulan; sebelumnya, 500 bibit per bulan.
Harga bibit setinggi 40 – 50 cm di berbagai penangkar Rp20.000 – Rp30.000.
Menurut para penangkar tingginya permintaan bibit sirsak berkaitan dengan
pemanfaatan daun atau buah sebagai obat tradisional. Benar kata Yeni Sumarni
yang juga mengonsumsi daun sirsak, ‘Obat kanker itu ternyata murah meriah, kita
tak perlu mengeluarkan uang jutaan rupiah.’

Tidak ada komentar:
Posting Komentar