Hi quest,  Selamat Datang  |  sign in  |  register now  |  lupa password ?

Sabtu, 16 Juli 2011

Hacker Asing Incar Pentagon

Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menyatakan bahwa internet merupakan "matra keempat" bagi pertahanan di Negeri Paman Sam. Pasalnya, Pentagon menilai bahwa para peretas (hacker) di dunia maya mulai menebar ancaman yang tak kalah fatal dengan musuh-musuh konvensional, seperti tentara atau tank. Selain itu belum ada hukuman yang tegas bagi para peretas.

Saat ini banyak pihak, mulai dari warga sipil, pebisnis, pemerintah hingga personil militer di AS sudah mulai mengandalkan jaringan internet dalam menjalankan rutinitas masing-masing. Ini menjadi ladang bagi para peretas asing untuk beraksi.

"Pada abad ke-21, bits dan bytes bisa menjadi sama bahayanya dengan peluru dan bom," kata Deputi Menteri Pertahanan AS, William Lynn, seperti dikutip stasiun berita BBC di Washington DC, Kamis waktu setempat.
Dia khawatir bahwa serangan cyber di masa depan tidak hanya terfokus mencuri data, namun juga merusak pertahanan AS, bahkan bisa menyebabkan kematian. Ini terkait dengan upaya para hacker yang mencoba menerobos jaringan komputer untuk mencuri data teknologi rudal dan pesawat tempur tercanggih.
Dalam pidato di National Defense University di Washington DC., Lynn mengungkapkan bahwa Pentagon sudah menderita serangan cyber sehingga banyak file dicuri para hacker asing. Menrut Lynn, sekitar 24.000 file yang memuat data Pentagon dicuri dari suatu jaringan komputer industri pertahanan pada Maret lalu. Ini merupakan salah satu serangan cyber terbesar dalam sejarah AS.

Lynn lalu mengungkapkan bahwa setidaknya satu serangan fatal terjadi pada 2008. Menyusup ke sistem komputer rahasia Pentagon, serangan itu dilakukan oleh dinas intelijen rahasia. "Kami tahu tahu siapa yang melakukannya," kata Lynn seperti dikutip kantor berita Associated Press

Lynn menolak menyebut dinas intelijen asing yang dimaksud. Namun, dalam serangan-serangan cyber sebelumnya, AS curiga pada China dan Rusia.

Menurut dia, data-data yang dicuri merupakan informasi yang "lumrah" dicari, seperti spesifikiasi suku cadang tank, pesawat, dan kapal selam buatan Amerika.

"Namun kami mengkhawatirkan sejumlah data yang paling sensitif, seperti sistem navigasi pesawat, teknologi pengintaian, sistem komunikasi satelit, dan protokol keamanan jaringan," kata Lynn.
Sementara itu, pejabat militer AS menilai bahwa mekanisme yang telah diterapkan untuk melindungi sistem komputer selama ini dianggap "terlalu bisa ditebak." Selain itu tidak ada hukuman bagi peretas yang bisa memberi efek jera.

"Cara yang diterapkan selama ini terlalu gampang ditebak," kata Jenderal James Cartwright, wakil Ketua Gabungan Kepala Staf Militer AS. "Sistem yang ada terlalu defensif. Tidak ada hukuman bagi mereka yang menyerang kita saat ini. Kita harus memikirkan cara untuk mengubahnya," kata Cartwright. 

Sumber : VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar